Permasalahan yang Dihadapi Dunia
Konstruksi
1. Permasalahan Dunia Konstruksi
Berkaitan Erat dengan Ketergantungan Pengaruh Biaya, Mutu dan Waktu
Tujuan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah untuk mewujudkan atau
membuat bangunan sesuai dengan spesifikasi / mutu yang dipersyaratkan, dalam
waktu yang telah ditentukan dengan biaya seefisien mungkin, agar dapat
diperoleh keuntungan. Dari uraian rumusan tujuan tersebut ada tiga unsur
yang perlu mendapat perhatian dari pada site manager atau pelaksana lapangan
yang bertugas mewujudkan bangunan. Ketiga unsur itu adalah :
a. Waktu
Waktu dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi telah ditentukan dalam dokumen kontrak. Keberhasilan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dapat diukur dari waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan itu. Bila pekerjaan dapat diselesaikan (dapat diserahkan ke pemilik)
tepat atau dalam tempo lebih cepat dari waktu yang ditentukan, suatu
tanda site manager / pelaksana lapangan berhasil dengan baik dalma menjalankan
tugasnya. Sebaliknya bila lambat dari waktu yang ditentukan dan tidak ada
alasan yang kuat yang mendukung keterlambatan proyek, maka itu suatu tanda
kurang berhasil. Perlu diperhatikan waktu sehari semalam 24 jam. Waktu berjalan
terus, waktu yang hilang akan dapat kembali. Kehilangan waktu berarti kerugian
dan kehilangan kesempatan. Bagi perusahaan waktu adalah uang. Oleh karena itu
waktu harus dikelola, dimanfaatkan sebaik-baiknya.
b. Mutu
Bangunan yang dapat diselesaikan
dengan mutu yang baik, menunjukkan bahwa site manager / pelaksana lapangan
telahbekerja dengan cermat dan teliti. Hasil kerja yang bermutu akan memberi
nilai lebih bagi perusahaan. Karena perusahaan akan mendapat kepercayaan dari
owner dan masyarakat. Perlu diingat, bangunan dibuat untuk dimanfaatkan dalam
waktu lama. Bila ada bangunann yang dibuat dengan mutu yang kurang baik, akan
dilihat orang banyak dan akan dipertanyakan siapa yang membuat bangunan itu ?
kalau ini terjadi, maka perusahaan anda dan anda sendiri akan tidak dipercaya
untuk melakukan pembangunan di lain kesempatan. Untuk dapat menghasilkan mutu
bangunan yang baik perlu mendapat perhatian tentang :
Mutu
bahan bangunan yang digunakan
Alat
yang digunakan
Metode
kerja yang cocok
Mutu
/ketrampilan tenaga kerja yang digunakan
c. Biaya
Bila site manager / pelaksana
lapangan dapat menyelesaikan bangunan dalam waktu yang ditentukan dengan mutu
yang baik serta dengan biaya yang seefisien mungkin dan dapat
dipertanggungjawabkan secara baik, sehingga kontraktor mendapat keuntungan,
maka site manager / pelaksana lapangan telah melakukan tugas dengan sangat
baik. Mestinya ia akan mendapat nama dalam perusahaan. Penggunaan biaya atau
dana merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan. Penggunaan atau peningkatan
dana yang baik, efisien dan efektif sangat berpengaruh akan keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu site manager / pelaksana
lapangan dalam melakukan tugasnya harus berorientasi kepada efisiensi
penggunaan dana Sikap hemat, cermat, teliti dan produktif dari para site
manager / pelaksana lapangan dapat dibutuhkan.
2. Permasalahan Dunia Konstruksi
Berkaitan dengan Koordinasi dan Pengaturan Manajemen
Organisasi
adalah suatu wadah kegiatan sekelompok manusia atau badan dengan pembagian tugas tertentu untuk mencapai
tujuan bersama dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin. Kegiatan
tersebut dapat berupa jasa maupun lainnya sesuai dengan tujuan. Banyak
sedikitnya kegiatan dapat mempengaruhi jumlah tenaga sebagai pelaksana
kegiatan.
Manajemen
Proyek adalah tata cara atau sistem pengelolaan pekerjaan konstruksi dalam
mengelola sumber daya dan dana suatu proyek untuk mencapai tujuan dengan
menggunakan metode-metode dan sistematika tertentu. Manajemen suatu proyek pembangunan mempunyai tujuan menyelesaikan
proyek sesuai batas waktu dan biaya yang direncanakan dengan kualitas bangunan
yang optimal. Oleh sebab itu kerjasama yang baik antar unsur pendukung dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasarkan batas ruang lingkup dan
wewenang masing-masing mutlak diperlukan, dan merupakan modal dasar dari
kelangsungan suatu proyek menuju keberhasilan. Keberhasilan suatu proyek sangat
tergantung dari perilaku atau kegiatan satuan-satuan pendukung pelaksana
organisasinya yang dikoordinasikan dalam suatu sistem manajemen. Untuk itu
dituntut agar individu-individu atau satuan-satuan dalam organisasi pengelola
dapat bekerja sama secara terorganisir untuk mewujudkan sesuai dengan
keinginannya, jadwal kegiatan, anggaran keuangan, monitoring dan laporan kemajuan serta segera mengambil
langkah-langkah perbaikan bilamana
dibutuhkan. Sistem manajemen proyek memberikan tata cara kepada
individu-individu dengan berlainan tugasnya, agar mampu bekerja sama untuk
mencapai harapan tertentu proyek. Secara keseluruhan, seorang kepala proyek
hanyalah sebagai salah satu unsur
pelaksana saja, kepala proyek merupakan penanggung jawab secara keseluruhan
daripada mobilitas pelaksanaan proyek. Terdapat struktur organisasi untuk
dipilih pada pelaksanaan proyek sesuai
jenis proyeknya. Pengelola proyek bertanggung jawab untuk menyelesaikan suatu
tujuan organisasi sesuai dengan batas menurut spesifikasi sumber daya, dana,
waktu, peralatan, teknologi, manusia dan
material untuk mencapai standar kualitas kesepakatan sehingga tercapai suatu
keuntungan bagi semua belah pihak. Oleh karena itulah maka diperlukan adanya
manajemen, perhitungan, perencanaan secara sistematis dan tersusun rapi dalam
suatu wadah berbentuk organisasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibuat
suatu sistem hubungan kerja sesuai dengan kondisi pekerjaan seperti berikut :
1.Tugas pokok dari organisasi.
2.Pengelompokan dalam satu
sistematika tertentu.
3.Pekerjaan dari tiap-tiap
petugas dari organisasi itu.
4.Tanggung jawab dari tiap-tiap petugas dalam
rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.
5.Kekuasaan atau wewenang dari
tiap-tiap petugas.
6.Pelimpahan tanggung jawab
kepada bagian-bagian dalam organisasi itu.
7.Ukuran-ukurannya yang
diperlukan didalam menilai berhasil atau tidaknya pelaksanaan tugas tiap tiap
petugas dalam organisasi.
3. Contoh Proyek Konstruksi yang Berhenti Akibat
Faktor pembebasan lahan
Nama Proyek : Pembangunan jalan
tol Pejagan-Pemalang
Lokasi : Pejagan-Pemalang
Sebab : Terhambat Pembebasan
Lahan
“Pemerintah
menghadapi sejumlah kendala dalam proses pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang
yang dipersiapkan untuk mudik Lebaran tahun ini. Salah satunya terkait
pembebasan lahan kepada enam pemilik dari tujuh bidang lahan yang melintang di
tengah pembangunan jalan tol tersebut.
Pemerintah melalui PT Waskita Karya Tbk
memberi harga penawaran pembebasan lahan terhadap satu bidang lahan sebesar
Rp300 juta. Namun, sang pemilik tak menyetujui harga tawaran itu, mereka
meminta harga satu bidang lahan sebesar Rp1,5 miliar.
Hal ini terus berkepanjangan dan belum
terjadi titik temu antara kedua belah pihak. Padahal, jalan tol
Pejagan-Pemalang tersebut akan dipersiapkan untuk arus mudik dan balik Lebaran
yang dalam waktu kurang dari dua bulan akan digunakan.
Pimpinan
Proyek Seksi I dan II Jalan Tol Pejagan-Pemalang, Mulya Setiawan mengungkapkan,
pihaknya sulit menyelesaikan seluruh proyek jalan tol seksi I dan II ini untuk
persiapan mudik Lebaran. Hal ini karena tenggat waktu penyelesaian proyek jalan
tol Pejagan-Pemalang untuk seksi I dan II menghadapi mudik Lebaran akan
berakhir pada bulan depan.
"Pembebasan
tujuh bidang lahan ini harus selesai bulan Juni ini. Kalau tidak bisa
(diselesaikan), kita akan titipkan ke pengadilan atau konsinyasi," ungkap
pria yang sering disapa Wawan ini dalam site visit Proyek Pejagan-Pemalang di
Kantor Pimpinan Proyek Seksi I dan II, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (21/5/2015).
Jika
begitu, lanjut dia, pembebasan tujuh bidang lahan ini akan memakan waktu lebih
lama. Namun demikian, pihaknya akan bekerja sama dengan Badan Pengatur Jalan
Tol (BPJT) sebagai instansi pemberi izin jalan tol dan Kepolisian untuk
mengatur jalan tol, sehingga jalan tol Pejagan-Pemalang ini dapat dilintasi
para pemudik saat lebaran nanti meski di tengah jalan terdapat beberapa lahan
yang masih belum selesai pembebasannya.
Jika
diizinkan, sambung Wawan, Jalan Tol Pejagan-Pemalang ini akan dibuka pada H-7
sebelum Lebaran. Namun sebelumnya, dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub),
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), BPJT dan
Kepolisian akan menyurvei jalan tol tersebut untuk kelaikan jalan tol termasuk
persiapan rambu.
"Ini
permintaan dari Kemenhub untuk persiapan mudik Lebaran. Nanti izinnya dari
BPJT. Jika diizinkan, akan dibuka pada H-7. Namun, kalau memang dibuka dengan
segala keadaan yang ada, semua harus dipikirkan bersama, termasuk beberapa
lahan yang masih belum dibebaskan," pungkas Wawan.
Sebagai
informasi, Tol Pejagan-Pemalang memiliki panjang total 57,50 kilometer (km) dan
dibagi dalam empat seksi dalam pembangunan proyeknya. Untuk seksi I dan II yang
memiliki panjang hingga 20 km dipercepat pembangunannya sebagai persiapan arus
mudik dan balik lebaran tahun ini.
Namun
begitu, tak semua seksi I dan II yang akan digunakan untuk arus mudik Lebaran.
Hanya sisi timur atau satu jalur jalan tol dengan lebar 10 meter yang akan
digunakan. Struktur jalan tol itu pun hanya dengan menggunakan agregat
(campuran batu split dengan timbunan tanah) setebal 25 cm, bukan beton.”
Kesimpulan :
-
Kehilangan waktu berarti kerugian dan kehilangan kesempatan. Bagi perusahaan
waktu adalah uang.
-
Bangunan yang dapat diselesaikan dengan mutu yang baik, menunjukkan bahwa site
manager / pelaksana lapangan telahbekerja dengan cermat dan teliti. Hasil kerja
yang bermutu akan memberi nilai lebih bagi perusahaan.
-
biaya yang seefisien mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara baik,
sehingga kontraktor mendapat keuntungan, maka site manager / pelaksana lapangan
telah melakukan tugas dengan sangat baik
Jadi
waktu, mutu dan biaya merupakan 3 aspek yang saling ketergantungan, satu dengan yang lain maka dapat menimbulkan
permasalahan apabila satu dari ketiga aspek tersebut bermaslah. Begitu juga
dengan pengaturan menanjemen, pengaturan manajemen sangat penting dalam pembangunan
agar dapat mengasilkan hasil yang maksimal dan untuk mendapatkan manajemen yang
baik dibutuhkan kordinasi yang baik antar unsure organisasi.
Contoh proyek yang terhenti pembangunannya akibat
pembebasan lahan adalah proyek pembangunan jalan tol Pejagan-Pemalang, oleh
karena itu agar pembangunan berjalan sesuai manajemen yang telah direncanakan
para perencana harus memastikan segala kebutuhan yg dibutuhkan mau itu dari
biaya, tenaga kerja, bahan, perizinan, waktu dan yang lainnya harus dipastikan
dapat terpenuhi dengan baik.
sumber :