Senin, 12 Januari 2015

ARSITEKTUR SADAR LINGKUNGAN


EKOLOGI

          Ekologi biasanya dimengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi : segala 
jenis mahluk hidup (tumbuhan, binatang , manusia) dan lingkungannya ( cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dsb.)

          Istilah Ekologi secara luas berati kehidupan manusia dengan lingkungannya baik dengan 
makhluk hidup maupun benda mati, yang menghormati dan memasuki diri sendiri di dalam daur ulang alam. Secara tersebut memungkinkan kehidupan masyarakat yang sehat di dalam lingkungannya.

         Ekologi adalah ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara sesama mahluk hidup serta 
antara mahluk hidup dengan lingkungannya, aliran energinya dan interaksinya dengan sekitar.

ARSITEKTUR SADAR LINGKUNGAN


          Salah satu kehidupan dasar manusia adalah papan (rumah) disamping sandang dan 
pangan. Pemuasan kebutuhan dasar di bidang arsitektur sebaiknta dilaksanakan dengan pembangunan yang sehat dan ekologis, menurut Rudolf Doernach merupakan ‘bangunan hidup’ dan bukan dengan pembangunan teknis saja yang menantang kehidupan yang menurut Rudolf Doernach adalah ‘bangunan mati’.

Atas dasar pengetahuan dasar –dasar ekologi, maka perhatian pada arsitektur sebagai 
ilmu teknik dialihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam.

Arsitekttur yang sadar lingkungan adalah bidang keilmuan yang mempengaruhi usaha 
terhadap kelanjutan, keselarasan ekologi, dan kegiatan manusia yaitu yang menyangkut masalah :

-pemeliharaan dan perawatan biosfer


-mendaur ulang sumber bahan baku alam


-pentrasformasikan energi secukupnya secara ekonomis


Saat ini hampir semua gedung modern merupaka sistem tertutup yang menggunakan 
bahan sintetis yang canggih seperti kaca atau aluminium (yang bersifat padat, tidak berpori yang menghambat sirkulasi) sehingga menggunakan penghawaan teknis (AC),menggunakan bahan pelapis dinding dan langit – langit yang tipis dengan permukaan licin dan keras sehingga tidak dapat meredam suara dan panas. Menyadari hal tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

·Perencanaan arsitektur

·Penentuan struktur dan kontruksi

·Pemilihan material

·Pengetahuan ekologi


ARSITEKTUR YANG SADAR LINGKUNGAN

1. Holistik

Konsep ekologi arsitektur yang holistik

Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung juga bagian-bagian dari 
arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan. Maka istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang.

Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur 
karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko- arsitektur mengandung juga dimensi yang lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio cultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat lebih kompleks, padat, vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.


2. Hemat Energi.


Manusia hidup bagi banyak kegiatan ia pasti memerlukan energi, untuk menyediakan 
makanan, untuk membakar batu bara dan untuk memproduksi peralatan dalam bentuk apapun dan pasti akan selalu membebani lingkungan alam. Api yang dapat memberikan kehangatan dan menerangi kegelapan tetapi yang juga mengandung kekuatan merusak yang menakutkan, dapat melambangkan energi dan bahan bakarnya. Bahan bakar dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Walaupun kita telah mengetahui perbedaan diantara keduanya, manusia tetap cenderung memanfaatkan energi yang tidak dapat diperbaharui (batu bara, minyak, dan gas bumi) karena dianggap penggunaannya lebih mudah. Penggunaan energi untuk seluruh dunia diperkirakan 3x1014 MW per tahun, yang berarti bahwa bahaya bagi manusia bukan hanya terletak pada kekurangan energi tetapi juga pada kebanyakan energi yang dibakar dan mengakibatkan kelebihan karbondioksida di atsmosfer yang mempercepat efek rumah kaca dan pemanasan global.

3. Material Ramah Lingkungan.


Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :


- Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.


-Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil

   pula limbah yang dihasilkan.

- Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.

- Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat

dikembalikan kedalam rantai bahan (didaur ulang).

- Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang

berbahaya (logam berat, chlor).

- Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.

- Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.


4. Peka Terhadap Iklim


       Pengaruh iklim pada bangunan. Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan ventilasi silang.


Sumber : 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar