Senin, 23 Januari 2017

Kritik Arsitektur

Kritik Arsitektur
1.1 Materi Kritik Normatif
                Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya. Metode-metode kritik dalam arsitektur dikelompokan menjadi :
1.      Kritik Normatif (Normative Criticism)
                Hakikat kritik normatif ialah
       Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
       Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
       Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat  kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
       Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi

 Hakikatnya kritik ini adanya keyakinan bahwa di   lingkungan dunia manapun bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, sandaran sebagai sebuah prinsip. Norma juga berupa suatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi. Kritik Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu : Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur. Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif. Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik. Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan.

1.1.1 Studi Kasus Materi Kritik Normatif
Gramedia Karawang
1.     Segi Struktur


Kesan pertama yang ditampilkan oleh Gramedia ini terpancar dari jenis bahan yang digunakan. Semua bahan bangunan secara keseluruhan didominasi oleh beton dan kaca, sehingga unsur modern memang sangat sesuai bila dikaitkan pada bangunan ini. Secara struktur, Gramedia ini menggunakan struktur kolom dan balok beton yang tidak hanya memancarkan kesan kokoh, tapi di sisi lain memancarkan kesan unik pada bentukan kolom yang di buat pada bagian depan bangunan. Ini akan terlihat dan baik karena bangunan komersil harus mampu menarik minat pengunjung.

1.    Segi Fungsi



          Salah satu fungsi Gramedia secara umum adalah toko buku, dan peralatan bekerja atau sekolah, yang ditunjang kenyamanan bagi pengunjung yang membutuhkan. Ruang rak buku yang memamerkan buku – buku serta alat tulis merupakan ruangan utama yang ada pada bangunan gramedia Karawang. Ruang rak buku pada bangunan terletak pada lantai satu bangunan. Ruang di setiap lantai ini difungsikan sebagai penujang sarana mencari ide dan insfirasi atau membaca buku. Secara fungsi ruang, bangunan ini bisa membuat sirkulasi pengunjung lebih teratur dan lebih terarah. Namun disisi lain, fungsi ruang tersebut bisa menjadi bumerang, karena sangat sulit bila menyesuaikan dengan budaya dan perilaku keseharian orang indonesia, yang ingin segalanya singkat, akan ada beberapa retail tidak efektif di kunjungi pada lantai dasar gramedia yang di fungsikan sebangai penunjang untuk membaca buku, seperti coffe shop tempat makan. Dari segi fungsi gramedia telah baik dalam menerapkan fungsinya pada bangunan, dapat terlihat dari penataan ruang pada bangunan.

1.    Segi Bentuk


          Bentuk bangunan gramedia karawang pada dasarnya merupakan bentukan modern kotak hanya saja di modifikasi sehingga bentukan menjadi bangunan dekonstruksi. Banyak bagian yang di buat terlihat ekstrim pada fasad sehinggga menarik pengunjung untuk mendatangi atau hanya sekedar menoleh saat melewati bangunan.   Bentuk ini merupakan jawaban bahwa sesungguhnya bangunan toko buku tidaklah harus formal dan biasa, terutama dari segi bentuk. Tapi, bentuk bangunan itu bisa dimodifikasi menjadi lebih baik, namun juga harus mampu menaungi fungsi di dalamnya. Singkatnya, sebuah bangunan meskipun memiliki bentuk yang nilai estetikanya bagus, juga harus mampu menaungi fungsi yang terjadi di dalamnya. Bentukan pada gramedia sudah baik inovasi ini akan semakin membuat orang tertarik mendatangi.

1.2 Materi Kritik Deskriptiif
               
            Bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, atau semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu. Dibanding metode kritik lain kritik deskriptif tampak lebih nyata (factual).
·         Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.
·          Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
·         Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya.
·         Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Metode
1. Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
·         Static (Secara Grafis)
·         Dynamic (Secara Verbal)
·         Process (Secara Prosedural)
2. Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
3.  Contextual Criticism ( Persitiwa)
        Kelebihan Kritik Deskriptif :
                Dengan kritik deskriptif kita bisa mengetahui suatu karya hingga ke seluk beluknya. Metode dari deskriptif ini dapat di kritisi secara induktif, dari hal yang umum ke khusus ataupun deduktif dari hal yang khusus ke umum. Metode kritik ini tidak bertujuan untuk pengembangan karya selanjutnya seperti metode impresionis yang menggunakan hasil kritik untuk karya selanjutnya.
Kekurangan Kritik Deskriptif :
Hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.

1.2.1 Studi Kasus Materi Deskriptif
Gramedia Karawang


                Karawang kini telah menjadi daya tarik para pemodal baik lokal maupun internasional. Dan salah satu perusahaan yang berandil besar dalam derap langkah kemajuan Karawang adalah PT Galuh Citarum. Perusahaan pengembang ini menjadi pelopor pengembangan Karawang sehingga para investor berduyun-duyun datang ke Karawang. Galuh Mas kian menarik dengan hadirnya toko buku terbesar di Indonesia, Gramedia. PT Gramedia Asri Media meresmikan gerai terbaru di Kota Karawang pada Sabtu (15/10/2016). Gramedia yang berlokasi di Kavling Komersil Blok V Jalan Galuh Mas Raya Teluk Jambe, Karawang, tepatnya di samping Mall Festive Walk ini mengusung transformasi terbaru. Konsep dan suasana yang nyaman, playful adventurous, serta memorable mengisi atmosfer toko ketika pengunjung hadir.
                “Gramedia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang retail ini berusaha untuk tetap relevan dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Untuk menjawab tantangan itu, Gramedia terus berbenah diri demi kepuasan pelanggan dan turut serta dalam upaya mencerdaskan masyarakat Indonesia. Kini Gramedia hadir di Karawang untuk memberikan solusi atas kebutuhan ide, inovasi dan inspirasi masyarakat Kota Karawang.” kata Operational Director PT Gramedia Asri Media, V. Sugiarto, pada saat memberikan sambutan.

1.3  Materi Kritik Interpretatif
               
                Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
3 meotde kritik interpretatif :
A. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
B. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
C. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
1.3.1  Materi Kritik Interpretatif


                Kesan pertama yang ditampilkan oleh gramdeia ini terpancar dari jenis bahan yang digunakan. Orang akan terkagum – kagum menyanjung fasad gramedia. semua bahan bangunan secara keseluruhan didominasi perpaduan bahan  beton dan kaca, sehingga unsur modern memang sangat sesuai bila dikaitkan pada bangunan. Secara struktur, Gramedia ini menggunakan struktur kolom dan balok beton yang tidak hanya memancarkan kesan kokoh, tapi di sisi lain memancarkan kesan unik pada bentukan kolom yang di buat pada bagian depan bangunan. Ini akan terlihat dan baik karena bangunan komersil harus mampu menarik minat pengunjung.
                Secara fungsi ruang, bangunan ini bisa membuat sirkulasi pengunjung lebih teratur dan lebih terarah. Namun disisi lain, fungsi ruang tersebut bisa menjadi bumerang, karena sangat sulit bila menyesuaikan dengan budaya dan perilaku keseharian orang indonesia, yang ingin segalanya singkat, akan ada beberapa retail tidak efektif di kunjungi pada lantai dasar gramedia yang di fungsikan sebangai penunjang untuk membaca buku, seperti coffe shop tempat makan. Dari segi fungsi gramedia telah baik dalam menerapkan fungsinya pada bangunan, dapat terlihat dari penataan ruang pada bangunan.          Bentuk bangunan gramedia karawang pada dasarnya merupakan bentukan modern kotak hanya saja di modifikasi sehingga bentukan menjadi bangunan dekonstruksi. Banyak bagian yang di buat terlihat ekstrim pada fasad sehinggga menarik pengunjung untuk mendatangi atau hanya sekedar menoleh saat melewati bangunan.   Bentuk ini merupakan jawaban bahwa sesungguhnya bangunan toko buku tidaklah harus formal dan biasa, terutama dari segi bentuk. Tapi, bentuk bangunan itu bisa dimodifikasi menjadi lebih baik, namun juga harus mampu menaungi fungsi di dalamnya. Singkatnya, sebuah bangunan meskipun memiliki bentuk yang nilai estetikanya bagus, juga harus mampu menaungi fungsi yang terjadi di dalamnya. Bentukan pada gramedia sudah baik inovasi ini akan semakin membuat orang tertarik mendatangi.

1.4 Kesimpulan Penulis
Secara keseluruhan, bangunan ini menurut saya memang sangat baik, terutama dalam segi struktur maupun estetikanya. Gramedia Karawang memang layak menyandang predikat toko buku modern. Ditambah lagi, pemanfaatannya oleh masyarakat yang baik terhadap bangunan ini sehingga bangunan ini tidak hanya 'sekedar jadi' saja tapi betul-betul memenuhi fungsinya secara keseluruhan. Karena pemanfaatannya yang baik menjawab bahwa toko buku di karawang dibutuhkan.
(Kritik arsitektur ini ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis pada Januari 2017)



 Daftar Putaka :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar