Rabu, 07 Juni 2017

SEMINAR REVITALISASI KOTA TUA



             Wacana revitalisasi kota tua telah berlangsung lebih dari sepuluh tahun. Pada tahun 2004, organisasi Jakarta Old Town Kotaku menjadi penggagas awal dimulainya proyek revitalisasi gedung-gedung tua yang terabaikan. Proyek tersebut berhenti. Lantas di tahun  2014 Jokowi meresmikan proyek revitalisasi lain yang dibentuk oleh Jakarta Old Town Reborn (JOTR), sebuah konsorsium swasta yang digagas ekonom Lin Che Wei dan menggandeng sejumlah arsitek ternama dalam negeri seperti Yori Antar, Andra Matin, Ahmad dan Djuhara. Proyek ini bertujuan untuk merevitalisasi bangunan yang terabaikan. Konsorsium tersebut hadir dengan agenda besar memperbaiki gedung-gedung tua dan mengalihfungsikannya menjadi tempat umum dengan nilai ekonomi seperti restoran dan kafe, agar Kota Tua menjadi tempat wisata atraktif. 


         Meski proyek JOTR masih mencoba untuk menemukan jalan baru, agenda menjadikan Kota Tua sebagai obyek wisata utama kota Jakarta terus berjalan. Kabar terbaru adalah Basuki Tjahaja Purnama berniat menggandeng arsitek konservasi Budi Lim untuk merealisasikan rencana pembangunan 3 hektar lahan di kota tua Jakarta menjadi tempat hiburan.



                Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak ingin revitalisasi Kota Tua diselesaikan dalam waktu yang lama. Ahok menargetkan revitalisasi Kota Tua selesai dalam waktu 5 tahun. "Kita harap nggak sampai 5 tahun selesai. Kita enggak mau 20 tahun, 30 tahun," uajr Ahok dalam acara diskusi '2017: Wajah Kota Tua yang Berubah' di Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik, Taman Sari, Jakarta Barat, Minggu (16/4/2017).



(Sumber : https://news.detik.com/berita/3475742/ahok-targetkan-revitalisasi-kota-tua-jakarta-selesai-5-tahun)




                Pemerintah mulai mengaktifkan gedung-gedung yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta. Pemda menunjuk Konsorsium Kota Tua Jakarta untuk mengaktifkan kembali bangunan-bangunan kosong di kawasan Kota Tua. "Sekarang adalah managing director baru konsorsium dan staf dan ini udah mulai kelihatan. Pinginnya, yang penting di luar dirapikan lah," ujar Ahok.


Dalam acara tersebut, Ahok melakukan pengecekan tembok Gedung PT Kerta Niaga sebagai simbolisasi pengerjaan pengaktifan kembali gedung tersebut. Gedung tersebut akan dibangun untuk kegiatan ekonomi kreatif.  "Nanti ada etalase anak muda yang jualan kaya di Instagram, seperti aksesoris, gelang, atau baju, ya anak muda lah," ujar Managing Dierector Konsorsium Kota Tua Jakarta, Eddy Sambuaga. 






sumber:
http://www.dewimagazine.com/news-art/revitalisasi-kota-tua-kapan-akan-terlaksana-
https://news.detik.com/berita/3475742/ahok-targetkan-revitalisasi-kota-tua-jakarta-selesai-5-tahun

Peninjauan Koservasi Museum Fatahillah

Latar Belakang


           Museum Fatahillah merupakan aset wisata sejarah di Jakarta. Nama Museum Fatahillah diambil dari nama taman dihalamanDaya tarik Museum fatahillah yaitu mempunyai keistimewaan koleksi keanekaragaman benda-benda bersejarah, seperti benda-benda arkeologi masa Hindu, Buddha, hingga Islam, benda-benda budaya peninggalan masyarakat Betawi, aneka mebel antik mulai abad ke-18 bergaya Cina, Eropa, dan Indonesia, gerabah, keramik, dan prasasti. Koleksi benda-benda tersebut dipamerkan diberbagai ruang Museum Fatahillah Jakarta. Potensi Museum Fatahillah yaitu sebagai obyek wisata adalah sisi perkembangan Kota Jakarta kuno hingga modern ini. Di kawasan ini terlihat adanya sungai sebagai poros kota, benteng,kawasan Pecinan, perdagangan, pusat pemerintahan, dan permukiman. Membawa wisatawan mengembara mengenang dan melihat bagaimana Jakarta berkembang tentu amat menarik.

Rumusan Masalah
  • Bagaimana sejarah museum Fatahillah Jakarta?
  • Bagaimana tindakan konservasi yang akan dan yang sudah dilakukan?
Tujuan Penulisan
  • Untuk mengetahui sejarah museum Fatahilah Jakarta
  • Untuk mengetahui tindakan konservasi yang akan dan yang sudah dilakukan untuk museum Fatahillah
Pembahasan

Sejarah Museum Fatahillah 


Staadhuis itulah nama semula gedung Museum Sejarah Jakarta yang berada dijalan Taman Fatahillah Nomor 1 JakartaBarat. Luas areal seluruhnya 13.588 m2, dan bangunan yang berada diatasnya tersebut, dilindungi oleh Pemerintah Pusat maupu Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.


Museum Sejarah Jakarta yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat ini adalah sebuah lembaga museum yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada tahun 1919, dalam rangka 300 tahun berdirinya kota Batavia, warga kota Batavia khususnya Belanda mulai tertarik dengan sejarah kota Batavia. Pada tahun 1930 didirikanlah sebuah yayasan yang bernama Oud Batavia (Batavia Lama) yang bertujuan untuk mengumpulkan segala ihwal tentang sejarah kota Batavia. Tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942), dan dibuka untuk umum pada tahun 1939.

Tahun 1936, Museum Oud Batavia diresmikan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942), dan dibuka untuk umum pada tahun 1939. Setelah itu pada tahun 1968 gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta dan kemudian dijadikan sebagai Museum pada tahun 1974. Terbentuk menjadi dua lantai dengan ruang bawah tanah ini, berisikan banyak peninggalan bersejarah yaitu:

Lantai Bawah

Berisikan peninggalan VOC seperti patung, keramik-keramik barang kerajinan seperti prasasti, gerabah, dan penemuan batuan yang ditemukan para arkeolog. Terdapat pula peninggalan kerajinan asli Betawi (Batavia) seperti dapur khas Betawi tempo dulu.

Lantai Dua

       Terdapat perabotan peninggalan para bangsa Belanda mulai dari tempat tidur dan lukisan-lukisan, lengkap dengan jendela besar yang menghadap alun-alun. Konon, jendela besar inilah yang digunakan untuk melihat hukuman mati para tahanan yang dilakukan di tengah alun-alun.

Ruang Bawah Tanah

Yang tidak kalah penting pada bangunan ini adalah, penjara bawah tanah para tahanan yang melawan pemerintahan Belanda. Terdiri dari 5 ruangan sempit dan pengap dengan bandul besi, sebagai belenggu kaki para tahanan.

Konservasi di Museum Fatahillah 


Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939. Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi ”Museum Djakarta Lama” di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ”Museum Djakarta Lama” diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu -Ali Sadikin- kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974. Untuk meningkatkan kinerja dan penampilannya, Museum Sejarah Jakarta sejak tahun 1999 bertekad menjadikan museum ini bukan sekedar tempat untuk merawat, memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi.

        Terdapat beberapa kerusakan yang ada di Museum Fatahillah
         
         - Kerusakan Fisik
             
           Kerusakan ini disebabkan oleh faktor alam seperti air hujan, angin dan panasnya matahari. kerusakan yang disebabkan oleh faktor ini sehingga mengakibatkan tampak rapuh dan kusam. Selain itu komponen bahan bangunan dari kayu seperti pintu kayu, jendela, dan sebagainya juga rusak akibat faktor ini.
        
         - Kerusakan Mekanis
         
                   Kerusakan ini disebabkan faktor konstruksi dan struktur bangunan itu sendiri maupun faktor dari luar. Saat ini, bangunan bersejarah Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah yang mendapat perhatian lebih. Perhatian lebih ini diwujudkan dengan melakukan renovasi dan konservasi tehadap museum yang terletak di Jakarta Barat ini.

 Tindakan konservasi

Kegiatan Konservasi yang harus dilakukan adalah kegiatan yang sama dengan kegiatan yang sudah dilakukan oleh pemerintah :

  •       Dengan cara menggunakan cat anti rayap agar benda-benda yang terbuat dari kayu tidak lapuk dan dimakan rayap.
  •      Memerhatikan bangunan bukan hanya melakukan konservasi di luar bangunan tetapi di dalam juga.
  •       Mengadakan sosialisasi terhadap pedagang-pedagang kaki lima yang memakai lapak disana untuk berjualan agar membersihkan sampah-sampah yang ditimbulkan dari usahanya.
  •      Sosialisasi dengan masyarakat menghimbau masyarakat untuk tidak buang air kecil sembarangan di pinggir bangunan, dilarang mencoret dinding bangunan, dan dilarang untuk membuang sampah di  areal bangunan. Pemerintah juga harus mengadakan tempat sampah yang ekstra.
Ilustrasi Museum Fatahillah 


             Kesimpulan

Pusat Kota Batavia terletak di bekas Balai Kota yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta/ Museum Fatahillah. Pada masa selanjutnya, gedung ini sempat mengalami beberapa kali peralihan fungsi. Gedung ini pernah berfungsi antara lain sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat (1925-1942), kantor pengumpulan logistik Dai Nippon (1942-1945), markas Komando Militer Kota/Kodim 0503 Jakarta Barat (1952-1968). Baru pada tahun 1968, gedung secara resmi diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta pada 1968 dan diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.
Konservasi yang dilakukan pada bangunan ini lebih terlihat ini di sebabkan jakarta yang mulai menyadari pentingnya identitas kota. Akan tetapi kesadaran masyarakat masih belum maksimal akan kesadaran pentingnya bangunan bersejarah. Dengan sosialisasi yang terus berbenah bukan tidak mugkin semua akan lebih baik, masyarakat akan lebih sadar dengan pentingnya bangunan bersejarah sebagai identitas kota.




Daftar Pustaka

        http://id.m.wikipedia.org/wiki/Museum_Fatahillah
        http://satupedang.blogspot.co.id/2015/02/sejarah-gedung-museum-fatahillah.html?m=1
        http://www.indonesiakaya.com

Ruang Ligkup Konservasi, Katagori Objek Pelestarian


Katagori objek pelestarian :
1.Lingkungan alami
Ligkungan alami merupakan lingkungan yang telah ada dan merupakan ciptaan Tuhan tanpa adanya campur tangan ulah manusia atau terbentuk sudah ada secara alami. Pada dasarnya, lingkungan yang alami ini dibagi menjadi dua yaitu lingkungan daratan dan perairan. Daratan adalah bagian dari permukaan bumi yang secara tetap tidak tertutup oleh air laut. Secara umum istilah yang banyak digunakan adalah darat daripada daratan karena daratan lebih difokuskan pada batasan geografis. Sebenarnya, bagian permukaan bumi yang tertutup oleh air seperti rawa, sungai dan danau juga menjadi bagian dari daratan, namun secara umum mereka tidak disebut sebagai darat. Selain itu, daratan menjadi tempat hidup bagi sebagian besar mahkluk hidup baik itu tumbuhan, sebagian besar hewan, dan manusia yang bergantung baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari daratan. Lingkungan darat juga masih dibagi lagi menjadi beberapa kelompok yaitu dataran rendah, dataran tinggi, pantai, pegunungan, dan gunung.

  • ·         Dataran Rendah

            Dataran rendah merupakan hamparan tanah yang luas dengan tingkat ketinggian antara 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Suhu udara di daerah dataran rendah, terutama untuk wilayah di Indonesia sekitar 23 derajat Celsius hingga 28 derajat Celsius sepanjang tahunnya sehingga udara di dataran rendah memang cenderung cukup panas. Namun, di daerah dataran rendah inilah yang sebagian besar manusia dijadikan sebagai tempat tempat tinggal dan bermata pencaharian. Umumnya, dataran rendah digunakan untuk persawahan dan perkantoran.

  • ·         Dataran Tinggi

            Ini merupakan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan air laut. Dataran tinggi atau plateau terbentuk sebagai hasil sedimentasi dan hasil erosi. Dataran tinggi memiliki suhu udara yang lebih dingin daripada dataran rendah sehingga daerah ini sangat cocok untuk perkebunan. Contoh dataran tinggi misalnya adalah dataran tinggi Dieng, Dataran Tinggi Gayo, Dataran Tinggi Tibet, dan masih banyak lagi.

  • ·         Pantai

            Pantai merupakan bentuk geografis yang terdiri atas pasir. Pantai terdapat di daerah pesisir laut. Pada dasarnya, pantai merupakan batas antara perairan laut dan daratan. Berdasarkan koreksi PBB pada tahun 2008, Indonesia menjadi negara dengan pantai terpanjang yang keempat di dunia setelah AS, Kanada, dan Rusia.

  • ·         Pegunungan

            Pegunungan merupakan bentang lama dan terjadi akibat dari proses struktural. Contohnya adalah Pegunungan Selatan yang merupakan pegunungan dari hasil proses pengangkatan mulai dari Akhir Tersier atau awal Kuarter.
·         Gunung
            Gunung merupakan tanah perbukitan tinggi dan besar jika dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Menurut Van Zuidam, gunung adalah dataran dengan ketinggian antara 500 sampai 1000 meter di atas permukaan laut. Contohnya adalah Gunung Merapi, Gunung Bromo, Gunung Merbabu, dll.
            Lingkungan alam yang berlawanan dengan daratan adalah perairan. Lingkungan alam yang berupa perairan adalah sungai, danau, rawa, dan laut.

  • ·         Sungai

Sungai merupakan lingkungan alam berupa aliran air yang panjang dan besar dari pegunungan. Contoh sungai di antaranya adalah Sungai Musi, Sungai Mahakam, Sungai Kapuas, dll.

  • ·         Danau

Danau adalah lingkungan alam dengan genangan air sangat luas dan dikelilingi daratan. Contohnya adalah Danau Toba, Danau Kelimutu, dll.

  • ·         Rawa

Rawa merupakan daratan yang dikeliling air dan banyak tumbuhannya. Tumbuhan yang biasa hidup di daerah rawa-rawa adalah pohon bakau atau mangrove.

  • ·         Lautan

Laut merupakan kumpulan air asin yang sangat luas. Air laut terdiri dari campuran air murni dan material lainnya seperi gas-gas terlarut, bahan organik, garam, dan partikel tak terlarut lainnya.

2.Kota dan Desa

Contoh :
- Kota lama Semarang
            Sebuah kompleks bangunan kuno yang dahulunya merupakan pusat kota pada zaman kolonial Belanda terdapat di Semarang. Kompleks bangunan itu pun terkenal dengan sebutan Kota Lama Semarang. Kawasan Kota Lama sebenarnya merupakan pusat kota Semarang yang asli, dimana tampak berbagai bangunan pemerintahan dan sejumlah bangunan pendukung lain sebagai unsur kawasan pusat kota dengan gaya arsitektur Belanda. Kota Lama sebagai salah satu aset yang dimiliki Kota Semarang beserta sejumlah bangunan bernilai sejarah yang tinggi tersebut, menuntut penanganan secara serius pihak Pemerintah Kota Semarang. Hal tersebut mutlak diperlukan sebagai upaya pelestarian terhadap nilai sejarah Kota Semarang mengingat Kota Lama merupakan salah satu dari sejumlah kawasan yang dapat meningkatkan pendapatan derah khususnya dari kedatangan wisatawan. Kota Lama sebagai sesuatu yang berdiri di tengah perubahan yang terus berlangsung, tentu saja tidak bisa terhindar dari tumbuhnya banguan baru di kawasannya. Oleh karena itu Pemerintah Kota Semarang perlu melakukan konservasi terhadap Kota Lama, sehingga dapat menjaga nilai arsitektural bangunan kuno yang terdapat didalamnya.
   
-Desa Desa Sagkaragung
                 Desa sagkaragung terletak di Kecamatan Negara kurang lebih 5 Km kearah timur kota Negara. Di Desa Sangkaragung terdapat pusat kesenian khas Jembrana yaitu " Jegog ". Desa Sangkaragung terkenal didunia dengan kesenian Jegognya terutama di Jepang. Jegog Sangkaragung tampil di Jepang setiap tahunnya lebih dari tiga kali. Sedangkan didesa Sangkaragung sendiri Jegog dipentaskan untuk wisatawan setiap hari Minggu dan Kamis di Sanggar Jegog Suar Agung. Wsatawan dapat belajar memainkan (menabuh) jegog di sanggar ini.

3.Garis Cakrawala dan Koridor Pandang

4.Kawasan
Jenis Kawasan Pelestarian menurut Bentuknya :
- Hutan Lindung
            Kawasan hutan yang dilindungi agar lahannya tidak tererosi dan tata airnya tetap terjaga. Contoh: H.L. Gunung Gede Pangrango.

- Suaka Margasatwa
            Kawasan suaka alam untuk melestarikan keanekaragaman dan keunikan jenis satwa di dalamnya. Contoh: S.M. Muara Angke.

- Cagar Alam
            Kawasan pelestarian alam yang melindungi hewan dan tumbuhan tertentu di dalamnya agar tidak punah. Contoh: C.A. Way Kambas.

- Taman Nasional
            Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan rekreasi. Contoh: T.N. Ujung Kulon.

- Taman Laut
            Kawasan berupa cagar alam, suaka margasatwa, atau taman wisata yang berada di laut. Contoh: T.L. Bunaken.

- Hutan Wisata
            Kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pariwisata atau rekreasi. Contoh: H.W. Pangandaran.

- Kebun Raya
Kawasan pelestarian alam yang melindungi tumbuhan endemik maupun tumbuhan dari daerah lain untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan dan rekreasi. Contoh: K.R. Bogor.

5.Wajah Jalan

- Jalan Dago
            Dago Bandung merupakan centernya tempat wisata di Bandung, kawasan ter-up-to-date ini selalu menjadi trend dan yang pertama dalam kemunculan fashion atau mode – mode terbaru di Indonesia. Bukan hanya saat ini saja, daerah ini disenangi dan banyak dikunjungi para wisatawan, namun sejak zaman kolonial Belanda lalu, kawasan Dago telah menjadi favoritnya para orang Belanda, sehingga tak heran bila masih banyak bangunan – bangunan Belanda yang sampai sekarang masih ada. Termasuk juga dengan keberadaan Goa Belanda yang terdapat di Taman Hutan Raya Juanda. Setiap menjelang week – end kawasan ini selalu di padati para pengunjung yang sekedar ingin berjalan – jalan, hanging out bersama kawan, juga tentunya belanja, karena hampir di sepanjang jalan Dago ini terdapat beragam Factory Outlet yang sayang sekali untuk dilewatkan. Dijalan dago ini bangunan baru dan lama hidup harmonis berdampingan.

6.Bangunan

-Museum Bank Mandiri
            Nama lama bangunan adalah Gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM), alamat Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat 11110, Pemilik Aset adalah PT. Bank Mandiri. Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dengan luas area 10.039 m2 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka secara resmi Oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10. Pada awalnya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan. Lalu dengan lahirnya Bank Mandiri tanggal 2 Oktober 1998 dan bergabungnya empat bank pemerintah : Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri, maka gedung warisan sejarah ini pun beralih menjadi salah satu aset Bank Mandiri. Berdasarkan SK Gurbernur DKI Jakarta No.475 tahun 1993 bangunan ini merupakan salah satu bagian dari cagar budaya Kota Tua di Jakarta. Dan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta No. 237 tahun 2005, tanggal 19 Desember 2005 Gedung Museum Bank Mandiri mendapatkan penghargaan ”Sadar Pelestarian Bangunan Cagar Budaya tahun 2005” di wilayah DKI Jakarta.

- Lawang Sewu, Semarang
            Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang). Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero.

6.Benda dan Penggalan

- Perkakas batu obsidian, di daerah Pakar (Dago Atas)
- Pecahan keramik-tembikar
- Gerabah jaman purba
-cetakan tanah liat (terracotta) untuk mengecor kapak dan ujung tombak dari perunggu (bronzen gietvormen).
Temuan perkakas dan benda-benda purba tersebut, sempat menarik minat penelitian para ahli, seperti -- Antropolog Dr. G.H.R. Von Koengswald (1935), geolog Dr. Van Bemmelen (1949) dan Dr. W. Rothpletz (1984). Dampak dari penemuan arkeologis yang sangat fantastis di perbukitan Dago tersebut, maka “Komite Bagi Perlindungan Alam Bandung” telah menentukan lahan miliknya menjadi “Soenda Openlucht Museum” (Museum Alam Terbuka Sunda).

Referensi :

Senin, 23 Januari 2017

Kritik Arsitektur

Kritik Arsitektur
1.1 Materi Kritik Normatif
                Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian mengamati,memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya. Metode-metode kritik dalam arsitektur dikelompokan menjadi :
1.      Kritik Normatif (Normative Criticism)
                Hakikat kritik normatif ialah
       Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
       Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
       Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat  kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
       Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi

 Hakikatnya kritik ini adanya keyakinan bahwa di   lingkungan dunia manapun bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, sandaran sebagai sebuah prinsip. Norma juga berupa suatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi. Kritik Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu : Kritik Doktrinal (Doctrinal Criticsm) Norma yang bersifat general, pernyataan yang tak terukur. Kritik Terukur (Measured Criticsm) Sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif. Kritik Tipical (Typical Criticism) Norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu katagori bangunan yang spesifik. Kritik Sistematik (Systematic Criticism) Norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan.

1.1.1 Studi Kasus Materi Kritik Normatif
Gramedia Karawang
1.     Segi Struktur


Kesan pertama yang ditampilkan oleh Gramedia ini terpancar dari jenis bahan yang digunakan. Semua bahan bangunan secara keseluruhan didominasi oleh beton dan kaca, sehingga unsur modern memang sangat sesuai bila dikaitkan pada bangunan ini. Secara struktur, Gramedia ini menggunakan struktur kolom dan balok beton yang tidak hanya memancarkan kesan kokoh, tapi di sisi lain memancarkan kesan unik pada bentukan kolom yang di buat pada bagian depan bangunan. Ini akan terlihat dan baik karena bangunan komersil harus mampu menarik minat pengunjung.

1.    Segi Fungsi



          Salah satu fungsi Gramedia secara umum adalah toko buku, dan peralatan bekerja atau sekolah, yang ditunjang kenyamanan bagi pengunjung yang membutuhkan. Ruang rak buku yang memamerkan buku – buku serta alat tulis merupakan ruangan utama yang ada pada bangunan gramedia Karawang. Ruang rak buku pada bangunan terletak pada lantai satu bangunan. Ruang di setiap lantai ini difungsikan sebagai penujang sarana mencari ide dan insfirasi atau membaca buku. Secara fungsi ruang, bangunan ini bisa membuat sirkulasi pengunjung lebih teratur dan lebih terarah. Namun disisi lain, fungsi ruang tersebut bisa menjadi bumerang, karena sangat sulit bila menyesuaikan dengan budaya dan perilaku keseharian orang indonesia, yang ingin segalanya singkat, akan ada beberapa retail tidak efektif di kunjungi pada lantai dasar gramedia yang di fungsikan sebangai penunjang untuk membaca buku, seperti coffe shop tempat makan. Dari segi fungsi gramedia telah baik dalam menerapkan fungsinya pada bangunan, dapat terlihat dari penataan ruang pada bangunan.

1.    Segi Bentuk


          Bentuk bangunan gramedia karawang pada dasarnya merupakan bentukan modern kotak hanya saja di modifikasi sehingga bentukan menjadi bangunan dekonstruksi. Banyak bagian yang di buat terlihat ekstrim pada fasad sehinggga menarik pengunjung untuk mendatangi atau hanya sekedar menoleh saat melewati bangunan.   Bentuk ini merupakan jawaban bahwa sesungguhnya bangunan toko buku tidaklah harus formal dan biasa, terutama dari segi bentuk. Tapi, bentuk bangunan itu bisa dimodifikasi menjadi lebih baik, namun juga harus mampu menaungi fungsi di dalamnya. Singkatnya, sebuah bangunan meskipun memiliki bentuk yang nilai estetikanya bagus, juga harus mampu menaungi fungsi yang terjadi di dalamnya. Bentukan pada gramedia sudah baik inovasi ini akan semakin membuat orang tertarik mendatangi.

1.2 Materi Kritik Deskriptiif
               
            Bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, atau semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu. Dibanding metode kritik lain kritik deskriptif tampak lebih nyata (factual).
·         Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.
·          Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
·         Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya.
·         Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Metode
1. Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
·         Static (Secara Grafis)
·         Dynamic (Secara Verbal)
·         Process (Secara Prosedural)
2. Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
3.  Contextual Criticism ( Persitiwa)
        Kelebihan Kritik Deskriptif :
                Dengan kritik deskriptif kita bisa mengetahui suatu karya hingga ke seluk beluknya. Metode dari deskriptif ini dapat di kritisi secara induktif, dari hal yang umum ke khusus ataupun deduktif dari hal yang khusus ke umum. Metode kritik ini tidak bertujuan untuk pengembangan karya selanjutnya seperti metode impresionis yang menggunakan hasil kritik untuk karya selanjutnya.
Kekurangan Kritik Deskriptif :
Hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.

1.2.1 Studi Kasus Materi Deskriptif
Gramedia Karawang


                Karawang kini telah menjadi daya tarik para pemodal baik lokal maupun internasional. Dan salah satu perusahaan yang berandil besar dalam derap langkah kemajuan Karawang adalah PT Galuh Citarum. Perusahaan pengembang ini menjadi pelopor pengembangan Karawang sehingga para investor berduyun-duyun datang ke Karawang. Galuh Mas kian menarik dengan hadirnya toko buku terbesar di Indonesia, Gramedia. PT Gramedia Asri Media meresmikan gerai terbaru di Kota Karawang pada Sabtu (15/10/2016). Gramedia yang berlokasi di Kavling Komersil Blok V Jalan Galuh Mas Raya Teluk Jambe, Karawang, tepatnya di samping Mall Festive Walk ini mengusung transformasi terbaru. Konsep dan suasana yang nyaman, playful adventurous, serta memorable mengisi atmosfer toko ketika pengunjung hadir.
                “Gramedia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang retail ini berusaha untuk tetap relevan dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Untuk menjawab tantangan itu, Gramedia terus berbenah diri demi kepuasan pelanggan dan turut serta dalam upaya mencerdaskan masyarakat Indonesia. Kini Gramedia hadir di Karawang untuk memberikan solusi atas kebutuhan ide, inovasi dan inspirasi masyarakat Kota Karawang.” kata Operational Director PT Gramedia Asri Media, V. Sugiarto, pada saat memberikan sambutan.

1.3  Materi Kritik Interpretatif
               
                Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.
3 meotde kritik interpretatif :
A. Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
B. Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
C. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
1.3.1  Materi Kritik Interpretatif


                Kesan pertama yang ditampilkan oleh gramdeia ini terpancar dari jenis bahan yang digunakan. Orang akan terkagum – kagum menyanjung fasad gramedia. semua bahan bangunan secara keseluruhan didominasi perpaduan bahan  beton dan kaca, sehingga unsur modern memang sangat sesuai bila dikaitkan pada bangunan. Secara struktur, Gramedia ini menggunakan struktur kolom dan balok beton yang tidak hanya memancarkan kesan kokoh, tapi di sisi lain memancarkan kesan unik pada bentukan kolom yang di buat pada bagian depan bangunan. Ini akan terlihat dan baik karena bangunan komersil harus mampu menarik minat pengunjung.
                Secara fungsi ruang, bangunan ini bisa membuat sirkulasi pengunjung lebih teratur dan lebih terarah. Namun disisi lain, fungsi ruang tersebut bisa menjadi bumerang, karena sangat sulit bila menyesuaikan dengan budaya dan perilaku keseharian orang indonesia, yang ingin segalanya singkat, akan ada beberapa retail tidak efektif di kunjungi pada lantai dasar gramedia yang di fungsikan sebangai penunjang untuk membaca buku, seperti coffe shop tempat makan. Dari segi fungsi gramedia telah baik dalam menerapkan fungsinya pada bangunan, dapat terlihat dari penataan ruang pada bangunan.          Bentuk bangunan gramedia karawang pada dasarnya merupakan bentukan modern kotak hanya saja di modifikasi sehingga bentukan menjadi bangunan dekonstruksi. Banyak bagian yang di buat terlihat ekstrim pada fasad sehinggga menarik pengunjung untuk mendatangi atau hanya sekedar menoleh saat melewati bangunan.   Bentuk ini merupakan jawaban bahwa sesungguhnya bangunan toko buku tidaklah harus formal dan biasa, terutama dari segi bentuk. Tapi, bentuk bangunan itu bisa dimodifikasi menjadi lebih baik, namun juga harus mampu menaungi fungsi di dalamnya. Singkatnya, sebuah bangunan meskipun memiliki bentuk yang nilai estetikanya bagus, juga harus mampu menaungi fungsi yang terjadi di dalamnya. Bentukan pada gramedia sudah baik inovasi ini akan semakin membuat orang tertarik mendatangi.

1.4 Kesimpulan Penulis
Secara keseluruhan, bangunan ini menurut saya memang sangat baik, terutama dalam segi struktur maupun estetikanya. Gramedia Karawang memang layak menyandang predikat toko buku modern. Ditambah lagi, pemanfaatannya oleh masyarakat yang baik terhadap bangunan ini sehingga bangunan ini tidak hanya 'sekedar jadi' saja tapi betul-betul memenuhi fungsinya secara keseluruhan. Karena pemanfaatannya yang baik menjawab bahwa toko buku di karawang dibutuhkan.
(Kritik arsitektur ini ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis pada Januari 2017)



 Daftar Putaka :